Senin, 14 Januari 2013

Jenis-jenis perkawinan adat Manggarai


      Dalam perkawinan adat Manggarai juga kita mengenal jenis-jenis perkawinan seperti:
1.     Tungku (menyambung tali perkawinan orang tua) yaitu anak laki-laki dari saudari memperistri anak perempuan dari saudara. Ada “tungku dungka” yaitu anak perempuan dari saudara kandung dan tungkuneteng nara” artinya anak perempuan dari saudara sepupu.
2.     Cangkang yaitu pinangan/perkawinan yang tidak ada hubungan darah perkawinan sebelumnya.
3.   Wendo (membawa lari) yaitu seorang perjaka membawa lari seorang gadis atas kemauan bersama tanpa sepengetahuan orang tua, baik orang tua pria maupun orang tua wanita. Kasus seperti ini memaksa orang tua dari wanita mencari dan menuntut secara adat dalam bentuk seekor kuda (jarang weong).
4.     Roko (bawa lari istri orang) yaitu istri orang dibawa lari atas persetujuan oleh seorang laki-laki (perjaka). Kasus seperti ini dituntut secara adat kepada orang tua perempuan, yaitu pembayaran belis dua kali lipat dan harus kontan (tala tumpa).
5.     Lili yaitu janda yang diambil istri oleh laki-laki lain.
6.     Tinu lalo yaitu duda yang memperistri adik dari istrinya karena istrinya meninggal dunia.

Perkawinan Adat Manggarai


PERKAWINAN ADAT MANGGARAI

            Dalam perkawinan adat Manggarai kita mengenal tahapan-tahapan sebagai berikut:

A. Tahap I. Pra Peminangan
Dalam tahap prapeminangan ini dikenal dengan istilah sebagai berikut:
1.1 Watang
            Watang artinya jembatan, pengantara, penghubung. Dalam hal mencari jodoh/mencari tulang rusuk/mencari istri (kawe toko racap/kawe wina), maka istilah watang diartikan sebagai pengantara/penghubung cinta antara pria dan wanita. Tugas watang ialah mengantar si laki-laki ke rumah perempuan/gadis yang akan dilamar. Tugas watang merupakan gerakan spontanitas secara pribadi atas dasar kebetulan bahwa seorang sahabat atau teman perlu dibantu dalam hal kawe toko racap (mencari istri/mencari tulang rusuk/mencari pendamping hidup).
            Watang melakukan aksi mencari jodoh biasa dijuluki “watang karong salang” (pengantara yang menunjukkan jalan). Dengan kata lain si watang perlu mengetahui secara baik dan jelas latar belakang kehidupan kedua belah pihak apa mungkin bisa dipertemukan atau tidak bisa. Watang memperkenalkan latar belakang secara garis besarnya saja. Setelah itu barulah melakukan tugas karong salang (menunjukkan jalan/mengantar langsung ke rumah orang tua perempuan).

1.2 Watang Karong Salang
            Kemudian tibalah saatnya watang berperan sebagai watang karong salang (mengantar laki-laki langsung ke rumah orang tua perempuan). Ada dua kemungkinan yang akan dialami oleh watang antara lain:
a.      Ketika perjumpaan pertama bahwa si keluarga perempuan ada tanda-tanda saling simpati (manga belut one nai) kemudian diadakan janji datang lagi untuk tuke mbaru (masuk ke dalam rumah). Tuke mbaru arti budayanya ialah peminangan pertama.
b.     Kalau saat karong salang (tunjuk jalan) tak ada tanda-tanda simpati (toe manga belut one nai) maka saat itu hanya cerita-cerita biasa dan si pria dianggap tamu. Jadi boleh pulang atau boleh nginap dan besok pagi kembali ke rumahnya seperti biasa.

B. Tahap II. Peminangan perkawinan
2.1 Tuke mbaru
            Tuke mbaru (tuke: naik, masuk,  mbaru: rumah). Tuke mbaru artinya masuk ke dalam rumah. Kata tuke mbaru lazim dipakai oleh orang Manggarai dalam percakapan sehari-hari. Tuke mbaru artinya pergi melamar perempuan. Adapun gambaran dari tuke mbaru adalah datang beberapa orang dari keluarga laki-laki sebagai pelamar beserta tongka (juru bicara keluarga). Pihak keluarga perempuan sebagai pihak yang dilamar juga berkumpul di rumah orang tua kandung perempuan dan secara resmi menerima kehadiran keluarga laki-laki yang melamarnya.
            Inti daripada pembicaraan adalah tukar cincin (paluk kila). Kehadiran pertama waktu peminangan resmi ini disebut dalam kiasan Manggarai ialah “weda lewang tuke mbaru” (injak pintu gerbang kampung dan naik ke dalam rumah).
            Dalam acara resmi ini pembicara dari kedua belah pihak disebut tongka (juru bicara). Tongka ini sungguh-sungguh memakai adat perkawinan Manggarai. Dalam pembicara tongka menggunakan kata “kala” (uang). Misalnya 10 juta rupiah (cempulu kala).

2.2 Paluk kila
            Paluk kila (paluk: tukar,  kila: cincin). Paluk kila artinya tukar cincin. Acara tukar cincin ini dilakukan waktu peminangan awal secara resmi antara laki-laki dan perempuan yang disaksikan oleh kedua belah pihak keluarga besar. Prosedurnya bahwa tukar cincin dilaksanakan bila peminangan itu diterima. Pada waktu tukar cincin, ditunjuklah beberapa solusi (pihak ketiga) untuk menyaksikan bahwa antara perempuan yang dilamar dengan laki-laki sebagai pelamar saling menyatakan suka sama suka (saling jatuh cinta).
            Adapun pemahaman tukar cincin yakni dari perempuan yang menyiapkan cincin, yang selanjutnya dikenakan pada jari manis laki-laki. Sedangkan dari pihak laki-laki menyiapkan uang secukupnya untuk diberikan kepada perempuan yang dilamar itu dan uang tersebut sebagai ganti cincin laki-laki. Biasanya acara tukar cincin langsung dilanjutkan dengan acara pongo (ikatan) tetapi semua tergantung musyawarah dari kedua belah pihak.

2.3 Pongo
            Pongo (ikatan, mengikat), ada ucapan dalam bahasa Manggarai “ngo pongo ine wai” (pergi ikat perempuan), artinya mengadakan ikatan cinta antara perempuan dan laki-laki lazimnya bila sudah diadakan acara pongo, maka status hubungan laki-laki dengan perempuan berada pada masa tunangan.
            Agar ikatan itu kuat dan resmi secara adat maka pihak keluarga laki-laki menyerahkan seng pongo (uang ikatan). Jumlah uang ikatan tergantung kesepakatan dari kedua keluarga dengan perantara tongka. Pongo juga membuat pria dan wanita saling setia satu sama lain tidak boleh menerima orang lain. Setelah itu ada keputusan terakhir dari pembicaraan adat yang disebut dengan istilah “kempu”.
      Setelah pongo, ada keputusan terakhir (kempu) maka ada reke kawing (reke: janji, kawing: nikah, kawin). Rencana penentuan tanggal berlangsungnya perkawinan/pernikahan. Kawing yaitu pernikahan antara kedua mempelai sebagai suami dan istri yang dikukuhkan/direstui oleh kedua keluarga dan kerabat.  

C. Tahap III. Wagal
3.1 Wagal
            Wagal ialah puncak pengukuhan adat perkawinan yang terakhir. Jika persiapan keluarga anak wina tidak cukup sampai acara wagal, biarlah acara wagal ditangguhkan sambil mencari waktu yang tepat untuk acara tersebut. Biasanya sampai 1 atau 2 tahun tergantung kesepakatan dan kemampuan anak wina.
            Keistimewaan perkawinan langsung wagal berarti mempelai perempuan langsung diantar secara resmi ke keluarga laki-laki (suami). Tetapi kalau hanya sampai (ngo kawing kole kawing) maka mempelai perempuan tetap tinggal dengan orang tua kandungnya sambil keluarga laki-laki membereskan acara wagal.
            Waktu acara wagal ada satu acara disebut tudak ela (untuk yang nasrani) penyerahan keluarga orang tua sebagai pemberi istri kepada keluarga laki-laki sebagai penerima istri.

3.2 Podo
            Podo (antar) adalah mengantar mempelai perempuan bersama mempelai laki-laki ke kampung suami/keluarga suami. Orang yang ikut acara podo tidak usah terlalu banyak cukup keluarga dan kerabat dekat yang diutus saja. Podo, disini tongka tidak perlu ikut, karena tidak ada lagi pembicaraan adat. Hanya ada sengleke tetak” dari anak wina. Seng leke tetak berarti biaya keringat keluarga pemberi istri yang pergi acara podo. Tadu lopa artinya berarti menutupi kotak/peti kosong yang masih terbuka sebagai tempat taruh uang waktu acara adat.

3.3 Gerep ruha
            Gerep ruha (gerep: injak; menginjak  ruha: telur). Gerep ruha adalah menginjak telur ayam oleh mempelai perempuan saat pergi dan masuk pertama kali ke kampung suami. Telur yang disiapkan adalah telur ayam kampung. Adapun sekilas prosesi acara gerep ruha adalah sebagai berikut: saat mempelai perempuan dan mempelai laki-laki beserta rombongan keluarga kerabat memasuki pintu gerbang kampung  (lewang beo), sebagian keluarga kerabat laki-laki menunggu di kampung, dan sebagiannya lagi menunggu di rumah adat sambil main gong (tebang nggong). Mempelai dan rombongan diantar dengan rapih dan berbaris sambil melagukan lagu-lagu adat Manggarai. Setelah injak telur, kedua mempelai masuk kemudian duduk di tikar (loce) dan bantal kaki (tange wai). Kedatangan perlu disyukuri oleh keluarga pengantin pria dengan seekor ayam putih (ca manuk lalong bakok). Dalam  artian  keluarga menerima pengantin wanita dengan hati yang bersih. Dan darah ayam dioles pada ibu jari mempelai perempuan. Setelah semua acara dibuat, semua keluarga boleh minum kopi, makan kue, minum tuak dan ibu-ibu makan siri pinang.
            Ini adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh kedua mempelai dan kedua keluarga besar agar tidak ada halangan dan rintangan dalam membina rumah tangga baru di kemudian hari. Aman, sehat walafiat dan mempunyai keturunan/anak.  

Poco Likang


Danong, Poco Likang hitu toe manga ngasangn. Wa wa’in poco hitung manga ka’eng atan. Ca leso ata hitu ngo kawe watu likang. Sua leso moleg musi main toe kin ita watu. Leso hitu manga ca ata kole eta mai poco.
Mai rei data hitu: “Ole kesa, ata co’o keta tara dangon ranga de hau?”
Wantil data hitu: “E, kesa, pisa moleg leso musi main toe tara ita watuk-e”
“Watu apa leng kawe de hau ta?”
“Ole kesa, toe manga reok uted ise wetan-e”
“Co’o rajan ta?”
“Toe manga watu likang, kesa.”
“Ole, hitu kaut rajan tara toe reok ute dise enu ko?”
“Eng pe ta, kesa. Co’o de’it leng le hau ine-wai o’o. Kesa, paka lorong keta pe ngoeng dise. Eme to le hau, toe laong mamed ute”
“Hitu kaut rajan dise enu ko! Toe raja mese hitu ta! Eme geong watu likang, eta golos watu do”
“Delek keta eme nenggitu ta, kesa”
“Co’ot wili ga, ngo muingt ko?”
“Delek eme ngo muingt ta, kesa”
“Aeh, ta kali eme nenggitu ge. Ta kali ga”
Cai eta poco pili watu telud diha, telug de kesan hitu. Nekid enemd watu likang. Du cai wa, ise tei ngasang poco hitu Poco Likang. Agu paki ca ela te ngasang poco hitu.

Sumber: Manggarai Texts, Propinsi SVD Ruteng, 1978

Manfaat Tidur Menghadap ke Kanan

1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri
Secara anatomis, otak manusia terbagi menjadi dua bagian kanan dan kiri. Bagian kanan adalah otak yang mempersarafi organ tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Umumnya kita menggunakan organ tubuh bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktifitas seperti makan, memegang dan lainnya. Dengan tidur pada posisi sebelah kanan, maka otak bagian kiri yang mempersarafi segala aktiftas organ tubuh bagian kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang melambat saat tidur/diam. Bahaya tersebut meliputi pengendapan bekuan darah, lemak , asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah. Sehingga jika seseorang beresiko terkena stroke, maka yang beresiko adalah otak bagian kanan, dengan akibat kelumpuhan pada sebelah kiri (bagian yang tidak dominan).  

2. Mengurangi beban jantung.
Posisi tidur kesebelah kanan yang rata memungkinkan cairan tubuh (darah) terdistribusi merata dan terkonsentrasi di sebelah kanan ( bawah ). Hal ini akan menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar jantung lebih rendah. Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga akan menurun. Kondisi ini akan membantu kualitas tidur. Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan, karena darah yang masuk ke atrium juga banyak yang disebabkan karena paru-paru kanan berada di atas. Sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.  

3. Mengistirahatkan lambung.
Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap kearah kanan bawah. Jika seorang tidur kesebelah kiri maka proses pengeluaran chime ( makanan yang telah dicerna oleh lambung dan bercampur asam lambung ) akan sedikit terganggu, hal ini akan memperlambat proses pengosongan lambung. Hambatan ini pada akhirnya akan meningkatkan akumulasi asam yang akan menyebabkan erosi dinding lambung. Posisi ini juga akan menyebabkan cairan usus yang bersifat basa bias masuk balik menuju lambung dengan akibat erosi dinding lambung dekat pylorus.  

4. Meningkatkan pengosongan kandung empedu, pankreas.
Adanya aliran chime yang lancar akan menyebabkan keluaran cairan empedu juga meningkat, hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung empedu. Keluaran getah pancreas juga akan meningkat dengan posisi mirin ke kanan.

 5. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi.
Saat tidur pergerakan usus menigkat. Dengan posisi sebelah kanan, maka perjalanan makann yang telah tercerna dan siap di serap akan menjadi lebih lama, hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada dibawah. Waktu yang lamam selamat tidur memungkinkan penyerapan bias optimal.  

6. Merangsang buang air besar (BAB)
Dengan mtidur miring ke sebelah kanan , proses pengisian usus besar sigmoid ( sebelum anus ) akan lebih cepat penuh, jika sudah penuh akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga mudah buang air Besar.  

7. Mengisitirahatkan kaki kiri
Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna menyeimbangkan posisi saat beraktifitas cenderung menggunakan kaki kiri sebagai pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri biasanya cenderung lebih merasa pegal dari kanan, apalgi kaki posisi paling bawah dimana aliran darah balik cenderung lebih lambat. Jika tidur miring kanan , maka pengosongan vena kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang.  

8. Menjaga kesehatan paru-paru
Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru-paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.  

9. Menjaga saluran pernafasan
Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur. Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur. sumber: http://www.nyatanyatafakta.info