Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian,
dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam
menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mendidik,
tapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu
menjalankannya.
Teman, menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.
Teman, menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.
Namun,
ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya kebajikan
dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar pendar-pendar
sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan. Merekalah sumber
cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik mereka.
Dari
gurulah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada gurulah kita belajar
lamat-lamat bahasa dunia. Lewat guru, kita belajar budi pekerti, belajar
mengasah hati, dan menyelami nurani. Lewat guru pula kita mengerti tentang
banyak hal-hal yang tak kita pahami sebelumnya. Tak berlebihankah jika kita
menyebutnya sebagai pekerjaan yang mulia?
Teman,
jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru.
Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu,
dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang
berbeda disana. Cobalah. Rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar