Rabu, 21 Maret 2012

STRATEGI MENGKRITIK ANAK
Kita sebagai orang tua dan calon guru harus memiliki hal-hal tertentu, agar tidak menimbulkan ketegangan, baik antara orang tua dengan anak, maupun pendidik dengan peserta didik.
1. Kata-kata yang tepat

Siapapun tidak ingin dikritik, oleh karena itu pilihlah kata-kata yang sesuai agar tidak timbul masalah antara pendidik dan peserta didik. Kata-kata yang mengandung perintah terselubung sebaiknya dihindari.Misalnya: “Celanamu terbalik”, Sepatumu di kaki yang salah”, “Apa betul begitu caranya membereskan tempat tidur?”Anak-anak cenderung frustrasi jika perbuatannya selalu dikoreksi dan akan sengaja melakukannya kembali. Akibatnya anak selalu ragu-ragu dengan kemampuannya mengurus diri sendiri dan mulai tergantung kepada orang tua bila hendak melakukan sesuatu.
2. Tanamkan pengertian

Sebaiknya kita tidak boleh menambah masalah dengan menanyakan apa yang ingin dilakukan si anak bila kita memang bermaksud mengoreksi kesalahannya, tanpa mempedulikan pendapatnya. Lebih baik kita perhatikan, misalnya: meskipun anak salah memakai sepatu, anak telah mengikatnya dengan baik. Kita dapat mengatakan bahwa kesalahan tersebut dapat terjadi pada siapapun dan anak kita tidak perlu berkecil hati. Lama kelamaan tentu ia bisa melakukannya dengan baik dan benar. Sebaiknya kita menandai semua sepatu anak agar ia mudah membedakan mana yang kiri dan kanan.Dapat pula kita beritahu bahwa anak tidak dapat berjalan dengan baik, bila memakai sepatu pada kaki yang salah dan kemungkinan besar anak akan jatuh.Kita harus menanamkan pengertian dalam diri anak agar ia memahami bahwa melakukan sesuatu yang salah tidak selalu berarti kegagalan, melainkan merupakan langkah awal untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan benar. 
3. Bersabarlah

Dalam berbagai kasus, masalah waktu seringkali menjadi kendala. Jika kita bisa bersabar 10 menit saja, misalnya bagi anak-anak usia prasekolah, sesuatu yang menjadi masalah dapat tidak menjadi masalah. Untuk mengajarkan sesuatu kepada anak memang dibutuhkan kesabaran. Hal ini tidak mungkin terlaksana ketika kita terburu-buru.
4. Perhatikan nada suara

Yang penting, bagaimanapun juga kita harus selalu ingat untuk menjaga nada suara. Nada tinggi yang menandakan kemarahan dan kejengkelan tidak dapat mengatasi masalah. Nada suara harus tenang sehingga anak tidak mengartikannya sebagai kemarahan atau ketidaksabaran.
5. Beri pujian

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak, kita perlu membiasakan diri untuk memuji anak bila ia telah berusaha melakukan tugasnya. Misalnya, jika anak sudah berpakaian dengan cepat, atau menyimpan mainannya tanpa kita suruh, berilah pujian. Menurut penelitian, pujian akan lebih efektif ketimbang hukuman dalam mendorong anak melakukan sesuatu.
6. Sikap toleran

Kita dapat membantu anak mengatasi ketidaktergantungannya pada kita dengan membuat beberapa penyesuaian yang dapat mengarah kepada keberhasilan. Secara berkala kita dapat memindahkan dan menyediakan pakaian dengan kombinasi yang lebih sesuai. Dengan demikian, anak tetap dapat memilih pakaiannya dengan penuh percaya diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar