Rabu, 27 Februari 2013

Paus Benediktus XVI; Pukul 19.00, Gereja Katolik Masuki Masa "Sede Vacante"

Kamis, 28 Februari 2013 10:33 wib
ROMA - Tepat pada pukul 19.00 waktu Vatikan, Gereja Katolik akan memasuki periode yang dikenal dengan istilah "Sede Vacante." Paus Benediktus XVI dikabarkan akan melepaskan jabatannya sebagai Pemimpin Gereja Katolik pada pukul 20.00 dan seorang kardinal senior akan memegang kendali kepemimpinan hingga paus baru ditunjuk.

Kardinal yang akan memegang kekuasaan sementara di Vatikan akan disebut dengan nama Camerlengo (Chamberlain). Pada umumnya, Camerlengo memiliki peranan khusus untuk membuat sertifikat kematian seorang pemimpin gereja.

Selain itu, Camerlengo juga bertugas menghancurkan "Cincin Nelayan" berwarna emas yang dikenakan paus. Jabatan seorang Camerlengo akan diemban oleh seorang pejabat senior Vatikan, Tarcisio Bertone.

Hari ini juga menjadi hari di mana para kardinal berkumpul dalam periode Sede Vacante yang secara simbolis dinobatkan sebagai masa akhir kepausan. Kantor pos Vatikan juga akan mengeluarkan stempel baru dalam periode Sede Vacante. Demikian, seperti diberitakan AFP, Kamis (28/2/2013).

Para kardinal akan segera menghadiri konklaf tertutup untuk menunjuk paus baru. Seperti diketahui, seluruh konklaf digelar di Kapel Sistina yang dihias oleh seniman-seniman besar Zaman Renaissance seperti halnya Michelangelo, Raphael dan Sandro Botticelli.

Kardinal-kardinal itu disumpah untuk merahasiakan prosesi pemilihan paus saat voting berlangsung. Dua pemilihan akan dilakukan pada pagi hari dan dua pada sore hari, sampai satu orang kandidat meraih suara terbanyak (2/3). Pada sesi terakhir, buletin-buletin pemilihan itu dibakar dengan tambahan berupa bahan kimia.

Usai keluar asap putih, lonceng di Basilika Santo Petrus akan berbunyi. Paus baru akan menjalani ritual di Kapel Sistina dan merenungi tugas barunya.

Sumber: http://international.okezone.com

Paus Benediktus XVI: Tuhan Minta Saya untuk Pensiun


Senin, 25 Februari 2013

ROMA - Paus Benediktus XVI kembali berpidato di depan umatnya di Lapangan Basilika Santo Petrus. Paus mengatakan, Tuhan sudah memintanya untuk mundur namun kemunduran itu tidak akan membuatnya mengabaikan Gereja Katolik.

Hujan deras turun di Kota Roma pada pagi hari sebelum Paus muncul dan berpidato. Namun cuaca mendadak berubah ketika Paus mulai berpidato. Paus pun tersenyum ketika menyambut ribuan umat Katolik yang berada di lapangan itu sambil menyapanya dengan menggunakan beberapa bahasa yang berbeda.

"Tuhan mengajak saya untuk mendaki gunung, mendedikasikan saya agar terus berdoa dan bermeditasi. Namun hal ini bukan berarti saya mengabaikan Gereja," ujar Paus Benediktus, seperti dikutip PTI, Senin (25/2/2013).

"Bila Tuhan meminta saya melakukan hal ini dengan tepat, saya akan terus membaktikan diri saya dengan dedikasi dan cinta yang sama seperti dulu, namun dengan cara yang lebih tepat bagi usia dan tenaga saya," imbuhnya.

Usai berbicara di depan jendela, pria berusia 85 tahun itu mengucapkan terima kasihnya pada lebih dari 100 ribu umat Katolik yang hadir dan menyaksikan pidato Paus. Pidato dan pemberkatan terakhir itu sekaligus menjadi momen bersejarah bagi Paus yang akan melepaskan jabatannya pada 28 Februari mendatang.

Jumlah warga Vatikan beserta polisi Roma yang hadir dalam pidato Paus sangat banyak. Bahkan jumlah itu jauh lebih banyak ketimbang sebelumnya.

Beberapa warga membawa spanduk untuk mengutarakan rasa cinta dan rindunya terhadap Paus Benediktus. Spanduk-spanduk itu bertulisan, "Bapak Suci, Kami Mencintaimu," "Terima Kasih, Yang Maha Kudus," dan satu lagi berbunyi, "Bapa Tercinta, Kami Akan Merindukanmu".




 

Paus Benediktus XVI: Ada kalanya Tuhan Tampak Tertidur



Paus: Ada Kalanya Tuhan Tampak Tertidur
Kamis, 28 Februari 2013

 
ROMA - Puluhan ribu warga memenuhi Lapangan Basilika Santo Petrus untuk menghadiri audiensi terakhir Paus Benediktus XVI yang akan resmi mundur hari ini pukul 20.00 waktu setempat. Paus pun mengenang masa bahagianya di Vatikan dan juga masa-masa sulit.

"Untuk mencintai gereja, kita perlu memiliki keberanian dalam menghadapi masa-masa yang sulit, keputusan yang menyakitkan, dan terus menjaga nama baik bagi gereja," ujar Paus Benediktus, seperti dikutip dari Associated Press, Kamis (28/2/2013).

"Saya merasakan momen yang bahagia, namun ada pula momen-momen yang sulit. Momen yang penuh pergolakan dan angin kencang dalam sejarah gereja. Tampaknya, Tuhan sedang tertidur pada saat itu," imbuhnya.

Pemimpin Gereja Katolik itu menegaskan kembali bahwa dirinya sama sekali tidak merahasiakan sesuatu di setiap ucapannya. Paus yang mendapat gelar Paus Emeritus itupun mengaku akan tetap berada di sisi warga dan juga gereja.

Tepat pada pukul 20.00, pintu palazzo akan tertutup dan para pasukan Garda Swiss akan menghentikan tugasnya sebagai pengawal Pemimpin Gereja Katolik. Banyak kardinal yang akan berkumpul untuk memilih penerus Paus Benediktus XVI di Basilika Santo Petrus. Beberapa orang di antaranya adalah Kardinal Roger Mahony dari Los Angeles.

Beberapa orang kardinal yang usianya sudah melebihi 80 tahun dikabarkan tidak hadir dalam konklaf penunjukan paus. Namun mereka akan hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan pekan depan, untuk membahas sejumlah masalah yang dihadapi gereja dan paus baru.

Tepat pada hari ini, Paus Benediktus juga akan menjadi paus pertama yang mundur sejak 600 tahun yang lalu. Paus akan bertemu dengan para kardinal dan terbang ke kediamannya di Kastil Gandolfo, Roma.

Sumber: http://international.okezone.com

Kamis, 07 Februari 2013

Empo Weu agu Pitud Anak Lalo


Manga Pitud anak  lalo ka’eng one ca mbaru. Ca leso mai nitu Empo Weu. Empo Weu hitu jera agu pitu anak lalo situ, kudut tuk woja te hang diha. Ai hia darem, agu anak koe situ darem ketas ga. Empo hitu ka’eng le kecaka. Poli hitu ise tuk woja de empo hitu. Woko loeg one ga mai tae dempo hitu: “Polig daku tuk ko?” “Ho’o de wangkan-o, ite.” Woko polig tukn lise woja hitu ga, mai tae de empo hitu: “Polig daku tuk ko?” “Ho’od reme loen-o, kraeng.” Kali po teneng ge lise. Woko mame gi, mai tae de empo: “Polig tukn ko?” Kali po hangg lise hang hitu ga. Woko polisg hangd ga, itu kali puci one losangd anak koe situ ga. Benta kole le empo hitu, toeg wale le anak koe sio. Poli hitu hia ngo silin. Cai sili hia emi kaut losang hitu. Bas liha anak kose situ one mbaru diha. Remet lakon hia anak koe situ pa’u-pa’u mole-taung. Cai one mbaru lelo nggo’os liha, toeg manga anak koe situ. Reta-retangy kali ca anak koe ata puru keta kanang wekin.
            Poli hitu hia ngo tulur kole anak koe situ. Itas liha anak koe situ eta lobo haju keta taungs ga. Mai tae de empo hitu: “Jaga sale.” Rantang keta anak koe situ. Remet congan hia wa mai, cebu lise eta mai nggurus so’ot cebuku. Poli hitu hia wa’u kole wa. Mai kole tae danak koe situ: “Conga kole, empo, kudut ina de.” Conga kole hia, cebu kole eta main nggurus so’o. “Tente sale watu lolot ritim, empo!” Tente kole liha, wegak keta laing sua wekin o’o. Nai nggituy matan.

Sumber: Manggarai Text V, Propinsi SVD Ruteng, Tahun 1978

Hi Lanur agu Ine Weu



Manga ca leso hi Lanur ngo rimu uman. Uma ho’o te rimu diha Lanur toe uma hanangkoe. Cecupun di Lanur, cecupun di Ine-Weu. Maik hi Lanur rimu kole uma di Ine-Weu. Mai tae di Ine-Weu ngong hi lanur: “Ole, Lanur, co’o tara rimu le haun kole de daku uma ta? Ata poli taung pati danong, de hau cecupun daku cecupun. Apa rajan hau roeng kole dakum ga.” Mai wale di Lanur: “Diong leng danong le hau lingko ho’o ta, Ine-Weu?” “Lingko de empo dami danong ta, Lanur” wale di Ine-Weu. Mai kole tae di Lanur ngong hi Ine-Weu: “Danong lingko ho’o, tae data tu’a, lingko dami.” “Eme lingko de meu tu’ung ho’o, tae di Ine-Weu, wajo rampas taud.” “Di’a demeng to, ase-ka’e,” wale di Lanur. “Apa de hau?” tae di Lanur. “Wae daku,” wale di Ine-Weu. “Api daku,” tae di Lanur. “Niat rampas taud e?”, tae di Lanur. Mai wale di Ine-Weu: “Wa wae meset.” Poli hitu ise te su ngo nggere-wa wae mese hitu.
            Cai wa wae, hi Lanur kete api mese-mese. Agu hi Ine-Weu ka’eng kin du lobo watu. Mai tae di Lanur ngong hi Ine-Weu: “Co’o tara ka’eng bom keta hau ta, Ine-Weu?” “Ho’o wag dakun ta, pande-pande kali api de hau. Agu eme pesa api de hau to’ong le wae daku, daku ngaran lingko.” “Nggitu demeng,” wale di Lanur. Woko mese keta apai di Lanur ga, itu kali nggo’on tae di Ine-Weu: “Nega hau nitu ga.” Poli hitu kaok wae li Ine-Weu. Toe beheng api hitu pesa muing. Kete-kete nggo’o li Lanur api hitu, toe gorin te mose, ai kaok kin wae li Ine-Weu. Poli hitu tegi songgo li Lanur agu hi Ine-Weu hitu. Mai tae di Ine-Weu: “Kudu hau gi ko?” “Eng-e,” wale di Lanur. Woko hau kali kudu ge, daku morin Lingko hitu te rimu de hau.” Poli hitu ise te sua kole. Delek keta nai di Ine-Weu ai hi Lanur poli rimu uma diha. Agu hi Lanur ngo lodok lingko cebana kole. Hi Lanur ritak mese keta le loer di Ine-Weu.
            Manga ca leso kole hi Ine-Weu tako muku di Lanur. Muku di Lanur so’o ngai keta po’ongd. Mai tae di Lanur ngong hi Ine-Weu: “Oleh, Ine-Weu, hau ata takod muku daku so’o one po’ong.” “Toe ta,” wale di Ine-Weu. “Tu’u-tu’ung hau ko?” Eng-e.” “Eme nggitu wajo tapa taud ite te sua, asa?” tae di Lanur. “Nenggitu demeng ta,” wale di Ine-Weu. Hi Lanur rokot ali puka mukun. Main hi Ine-Weu rokot ali wunut. Poli hitu weing gici ca culu belang. Seto nggo’o hi Ine-Weu li Lanur, muntung keta muing hi Ine-Weu, toe manga retang koe cekoen, ampus keta taung. Tara muntungn hi Ine-Weu, ai rokot le wunuty. Hi Lanur rokot ali puka muku, itu tara toe muntungn. Wina agu anak di Ine-Weu retang kid musi mai. Main hi Lanur agu wina anakn delek nai keta, ai mata gi hi Ine-Weu. Cewen kole uma mese ata poli rimu li Ine-Weu danong diha Lanur kole morin.

Sumber: Manggarai Text V, Propinsi SVD Ruteng, Tahun 1978