Di sebuah kota kecil, seorang wanita menyebarkan gosip
kepada tetangga dan setiap orang yang dijumpainya, bahwa perempuan muda di
sebelah rumahnya suka mengganggu suami orang dan bila si lelaki sudah masuk
jebakan, habislah semua uang dikurasnya.
Layaknya kabar burung, berita ini cepat menyebar ke penjuru kota. Guna menjaga ketertiban, pejabat sosial dibantu polisi menangkap sang perempuan muda. Setelah melalui pengadilan yang memakan waktu, akhirnya hakim memutuskan tuduhan tersebut tak terbukti. Perempuan muda ini dibebaskan.
Merasa nama baiknya tercemar, perempuan muda ini menuntut balik wanita tua karena menyebarkan berita bohong. Saat melakukan pembelaan, si wanita tua berdalih, "Itu kan hanya omongan. Nggak ada yang disakiti secara fisik, kan?"
Pak hakim pun menjawab,
"Baiklah. Sekarang ambil kertas seratus lembar, lalu tulis apa yang dulu
kamu katakan. Nanti setelah selesai, kamu pulang dan sebarkan di alun-alun
kota. Besok temui saya lagi di sini."
Perempuan muda menjadi marah dengan
vonis hakim yang terlalu ringan. Namun hakim menyuruhnya diam. Si wanita tua
jadi tertawa karena merasa menang.
"Kalau begitu saja, dengan
senang hati saya menerima hukuman," ucap wanita tua sambil bergegas
meminta kertas dan menuliskannya. Dalam waktu satu jam, tugasnya selesai. Ia
melangkah keluar ruang pengadilan menuju alun-alun, melemparkan tumpukan kertas
ke udara.
Keesokan harinya, ia kembali
menghadap hakim melaporkan tugasnya sudah selesai.
"Oh belum selesai," sahut pak hakim. "Sekarang kamu keluar dan punguti lagi semua tulisan kamu di kertas yang tersebar kemarin."
"Oh belum selesai," sahut pak hakim. "Sekarang kamu keluar dan punguti lagi semua tulisan kamu di kertas yang tersebar kemarin."
"Apa? Perintah yang nggak masuk
akal. Mana mungkin saya mendapatkan seratus lembar kertas itu, pasti sudah
terbawa angin dan tak tahu lagi di mana semuanya sekarang." Wanita tua itu
meradang.
"Bukankah kemarin kamu bilang
hanya omongan saat dulu kamu menyebar fitnah tentang perempuan muda ini?
Begitulah, apa yang keluar dari mulut juga bisa tersebar ke berbagai tempat
tanpa kamu sadari dampaknya. Mungkin, omongan buruk memang tak melukai secara
fisik, tapi akibatnya bisa berbahaya."
"Karena itu kuasai mulut kamu, dan
bukan mulut yang menguasai kamu. Berpikirlah sebelum bicara."
Sumber: http://www.apakabardunia.com