Selamat datang di blog ini. Berisi informasi tentang BUDAYA, BUNDU/teka-teki, HIERARKI GENDANG, TOMBO TURUK, SUNGKE, IRENG, ADAK, IMBI DATA TU'A, dan berbagai hal tentang adat budaya tanah Manggarai - Flores - NTT
Selasa, 21 September 2010
UPACARA ROKO MOLAS
A. Apa itu upacara Roko Molas Poco?
Dilihat dari segi kata, Roko berarti mengambil, Molas diidentikkan dengan wanita cantik dan Poco berarti gunung.
Upacara ini merupakan upacara pengambilan kayu di hutan yang digunakan sebagai tiang utama dalam pembuatan rumah adat (mbaru tembong).
Dalam upacara ini “Molas Poco” yang diambil untuk dijadikan tiang utama (Siri Bongkok) yang akan dibuat dan diletakkan di tengah-tengah rumah adat yang akan dibuat; dan rumah adat yang akan dibuat tersebut berbentuk kerucut dan bagian ujung atas rumah dipasang tanduk kerbau (rangga kaba).
B. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan upacara Roko Molas Poco
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini tokoh-tokoh adat (tu’a golo, tu’a teno) mengundang anggota masyarakat, berkumpul di halaman kampung (natas) untuk mengadakan musyawarah dalam rangka pembuatan rumah adat (mbaru tembong).
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, anggota masyarakat maupun tokoh-tokoh adat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Roko Molas Poco (kelompok yang akan pergi ke hutan untuk mengambil kayu tersebut) dan kelompok sundung/curu molas poco (kelompok yang akan menjemput Molas Poco tersebut). Upacara Roko Molas Poco ini diawali dengan acara teing hang atau pemberian sesajian di altar sesajian (compang) yang dipimpin oleh tu’a golo.
Setelah upacara “teing hang” selesai, barulah kelompok “Roko Molas Poco” berangkat ke hutan (puar) dengan membawa ayam (manuk), tuak, kapak (cola), parang (kope), serta alat-alat lain yang dibutuhkan saat upacara tersebut berlangsung.
Setiba di hutan, kelompok “Roko Molas Poco” beserta tu’a golo duduk menghadap pohon yang akan dijadikan sebagai “Molas Poco” atau “Siri Bongkok”. Kemudian tu’a golo, menyampaikan permohonan atau kepok atau torok tae kepada roh-roh, arwah-arwah nenek moyang.
Setelah torok tae tersebut selesai barulah kayu tersebut dipotong dan “Molas Poco” tersebut diusung ke kampung oleh kelomppok Roko. Sesampainya di dekat kampung (Pa’ang beo) kelompok Roko Molas Poco tersebut dijemput (sundung/curu) oleh kelompok penjemput, dengan diiringi tarian-tarian dan dilanjutkan torok/kepok sundung/curu.
C. Pihak-pihak yang terlibat
Pihak yang terlibat dalam upacara Roko Molas Poco yaitu tokoh-tokoh adat (tu’a golo, tu’a teno) serta seluruh anggota masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah tersebut.
Keterlibatan tu’a golo, tu’a teno dalam upacara ini sebagai orang yang memimpin upacara Roko Molas Poco dan juga sebagai orang yang menyampaikan torok/kepok saat upacara berlangsung.
Keterlibatan anggota masyarakat yaitu sebagai orang yang mengambil (Roko) serta menjemput (curu/sundung) “Molas Poco” atau “Siri Bongkok” bersama tu’a teno dan tu’a golo.
D. Apa saja yang dibutuhkan untuk upacara tersebut?
Yang dibutuhkan dalam upacara “Roko Molas Poco” ini diantaranya adalah ayam (manuk), moke (tuak), kapak (cola), serta parang (kope).
E. Dimana acara itu dilakukan?
Acara “Roko Molas Poco” ini dilakukan di halaman kampung (natas) dan pengambilan “Molas Poco” (Roko Molas Poco) dilakukan di hutan (puar).
F. Kapan acara itu dilakukan?
Acara “Roko Molas Poco” ini dibuat dalam rangka pembuatan rumah adat (mbaru tembong).
G. Mengapa acara itu dilakukan?
Acara “Roko Molas Poco” ini dibuat karena merupakan warisan leluhur. Dan tujuan upacara ini dibuat agar rumah adat atau mbaru tembong yang akan dibuat tetap kokoh, serta memberikan ketentraman bagi warga yang mendiami kampung tersebut.
* Nilai Religius
- Mori jari dedek, tanan wa awangn eta, pukul parn agu kolep, ulun le wain lau:
(Tuhan pencipta langit dan bumi serta segala isinya, Tuhan pencipta dan pembentuk kehidupan manusia dan segala makhluk serta segala alam raya)
* Nilai Kesehatan
- Neka nepo leso, neka ringing tis:
(Jangan lekang karena terik matahari, jangan demam karena hujan rintik)
- Uwa haeng wulang, langkas haeng ntala
(Tinggi sampai di bulan dan jangkau sampai di langit)
- Cimang neho rimang cama rimang rana, kimpur neho kiwung cama kiwung lopo
(Kekar kuat seperti batang lidi ijuk dari jenis pohon enau yang bertumbuh subur)
* Tentang Persahabatan
- Curup hae ubu, neho luju mu’u cepa hae reba cama neho emas lema:
(Bersahabatlah dengan baik dan berbicaralah dengan sopan)
- Neka conga bail jaga poka bokak, neka tengguk bail jaga kepu tengu :
(Jangan congkak atau sombong)
- Ngong ata lombong lala, kali weki run lombong muku:
(Orang lain dipersalahkan padahal diri sendiri bersalah)
- Nai ca anggit, tuka ca leleng:
(Seia sekata, satu konsepsi demi kesatuan aksi)
- Inggos-inggos wale io:
(Cepat-cepat jawal io (jawab sopan)
* Tentang Permusuhan
- Purak mukang wajo kampong:
(Orang yang menyerang kampung berhadapan muka)
- Ngampong tanah, ngawe wae:
(Dibatasi dengan jurang dan kali, permusuhan yang tidak boleh melanggar batas)
- Sesa mu’u eta kali ngampong kin tuka wa:
(Di mulut baik-baik, padahal dalam hati tetap bermusuhan)
- Tu’ung le mu’u toe le nai:
(Mulut berkata benar tetapi hati tidak)
* Tentang Kebijaksanaan
- Ca pujut kali nuk, ca dako kali anor:
(Kurang bijaksana)
- Tiwu lewe lewing lembak
(Kolam besar dan priuk bermulut lebar)
- Nai ngagil tuka ngengga
(Penuh kebijaksanaan)
* Tentang Memberi Motivasi
- Kantis ati, racang rak cengka lemas:
(Hati dan paru-paru diasah)
- Na’a ngger wa rak, na’a ngger eta lemas:
(Supaya berani berjuang sampai memperoleh yang diharapkan)
- Ngo le golo bombong wela lokom:
(Hati-hati jangan sampai di atas bukit sudah berbunga seperti kayu lokom)
- Lalong pondong du ngon, lalong rombong du kolen:
(Pulang membawa keberhasilan)
- Asam ndusuk tana ru konem lalen tana sale:
(Walaupun negeri sendiri ditumbuhi ndusuk dan tanah orang berkelimpahan lale)
- Neka hemong kuni atu kalo/neka oke kuni atu kalo:
(Jangan lupa kampung halaman sendiri/jangan buang kebiasaan tanah tumpah darah)
* Tentang Menjaga Nama Baik
- Neka pocu wa’u, neka jogot hae golo:
(Jangan membusukkan nama anggota klen/subklen dan sesama kampung)
- Neka mas agu hae ata, neka nggaut agu hae mbaru:
(Jangan bermusuhan dengan orang)
- Reges lima leke, tawa lima gantong:
(Tertawa lepas terbahak-bahak menunjukkan kegembiraan dalam kebersamaan)
* Go’et yang Berhubungan Dengan Leluhur
- Serong dise empo mbate dise ame:
(Wasiat leluhur, warisan ayah)
- Tanah ledong dise empo:
(Tanah warisan leluhur)
- Tanah kuni atu kalo:
(Kampung halaman)
* Go’et Pergantian Keturunan
- Eme wakak betong asa, manga waken nipu tae:
(Kalau induk rumpun bambu tumbang, akarnya tumbuh melanjutkan kehidupan yang sama)
- Bom tombo le run rukus, bom tura le run kula:
(Kepiting tidak bicara sendiri, musangpun tak memberitahukan warna kulitnya)
- Wae de ase, agu wae de kae:
(Keturunan kakak dan keturunan adik)
* Go’et Dalam Perkawinan
- Api toe caing, wae toe haeng:
(Ungkapan anak wina kepada anak rona meminta anak menantu)
- Bom salang tuak, salang wae:
(Bukan jalan tuak yang cepat mati tetapi air yang mengalir terus)
- Pase sapu selek kope, weda rewa tuke mbaru:
(Memakai destar, masuk rumah melalui pintu datang meminang seorang gadis dengan resmi)
- Ita kala le pa’ang, tuluk pu’u batu mbaru:
(Melihat gadis dan terus datang meminangnya)
- Neka maring jarang laki, neka tinang jarang kina:
(Menyindir keluarga laki-laki agar melunasi belis)
- Hi nana lelo tana, hi enu lelo awang:
(Perbuatan melanggar susila)
- Anak pencang wa, ende lomes koleh:
(Istri yang bergaya muda, tua di rumah muda di jalan)
- Cawi neho wuas, dole neho ajos:
(Terpilin laksana rotan, terpintal bagai tali ajo)
* Go’et Berkaitan Dengan Tempat Tinggal
- Ca natas bate labar, ca uma bate duat, ca mbaru bate kaeng, ca wae teku:
(Satu kampung halaman tempat bermain, satu kebun tempat kerja, satu rumah tempat tinggal)
- Ulun le wain lau, ngalorn awo waen sale:
(Dari hulu sungai sampai muara/lingkungan kampung yang lebih luas)
SUMBER :
1. Buku Budaya Daerah Manggarai
Drs. Antony Bagul Dagur, M.Si
Prospek dan Strategi Perkembangan Kabupaten Manggarai dalam Perspektif Masa Depan
Penerbit Indonesia Jakarta
Pengantar: Gubernur NTT, Piet Alexander Tallo, S.H.
Dirjen Otda Depdagri, Dr. Oentarto Sindung Mawardi, M.Si
2. Buku Budaya Daerah Manggarai
Petrus Janggur, B.A
Butir-butir Adat Manggarai
Penerbit Artha Gracia
Jl. Diponegoro No.14
HANG HELANG
Dalam masyarakat Manggarai, satu bentuk tradisi keberagamaan yaitu agama lokal dan yang sering dilakukan adalah acara teing hang atau helang/takung.
Acara teing hang dilaksanakan oleh masyarakat Manggarai yang beragama lokal untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal yang dipercayai bahwa mereka mempunyai kekuatan supra empiris, dan helang/takung dibuat oleh masyarakat beragama lokal di Manggarai itu di bawah pohon besar (langke), batu besar dan mata air/temek untuk mempersembahkan kepada nenek moyang atau leluhur yang menjaga benda-benda tersebut dan diyakini mempunyai kekuatan supra empiris.
Acara teing hang atau helang/takung dilaksanakan setiap tahun baru, penti dan wuat wa’i, karena pada saat itu masyarakat Manggarai yang beragama lokal mengucapkan syukur dan memohon perlindungan nenek moyang dan leluhur melalui teing hang atau helang.
Secara sosiologis, acara teing hang atau helang/takung ini bermaksud untuk memberi makan kepada leluhur atau nenek moyang yang sudah meninggal yang diyakini memiliki kekuatan supra empiris.
Arwah leluhur yang sudah mati itu diyakini oleh masyarakat agama lokal di Manggarai memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Arwah leluhur dipandang sebagai jembatan do’a atau letang temba kepada Tuhan bagi yang ditinggalkan dan helang/takung dipandang sebagai suatu bentuk ucapan syukur roh yang tinggal atau menjaga batu besar itu dapat menjaga dan memberi berkat yang berlimpah kepada masyarakat agama lokal (di Manggarai). Atas dasar itu, acara teing hang / helang/takung dilakukan dengan maksud agar arwah leluhur itu tetap menjaga kehidupan yrang yang masih hidup dan agar nenek moyang itu tetap setiap menyampaikan doa dari orang yang masih hidup kepada leluhur yang mempunyai kekuatan supra empiris.
Nilai sosial dari acara teing hang atau takung adalah dilakukan oleh masyarakat Manggarai pada umumnya dan juga acara teing hang atau helang/takung ini dilihat sebagai suatu bentuk keyakinan masyarakat agama lokal di Manggarai kepada arwah nenek moyang atau leluhur sebagai perantara atau jembatan doa kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang memiliki kekuatan yang supra empiris. Selain itu, acara teing hang atau helang ini dilihat sebagai alat ukur yang menilai aspek religius masyarakat yang beragama lokal di Manggarai. Dan mereka percaya bahwa dengan melaksanakan acara teing hang atau helang mereka memperoleh keselamatan baik bagi dirinya maupun masyarat luas umumnya.
Selasa, 06 Juli 2010
Lanur dan Timung Te'e
Lanur mengerjakan ladang bersama-sama dengan warga kampung. Ladang mereka terletak ditepi hutan, dan yang paling dekat dengan hutan adalah ladang milik Lanur. Mereka mengerjakan ladang itu kurang lebih 2 bulan. Bulan ketiga mereka menanami ladang tersebut dengan jagung dan padi. Benih-benih itu ludes dimakan kera-kera yang tinggal di hutan sekitar kawasan hutan. Lanur dan isterinya Timung Te’e menanam kembali menggantikan yang telah dimakan kera. Tetapi setiap kali digantikan selalu dimakan kera. Lanur dan isterinya mengeluh, persediaan benih telah habis. Mereka hendak meminta benih kepada orang lain, tetapi niat mereka diurungkan, karena mereka tahu akan habis dimakan kera.
Suatu hari Timung Té’é pergi ke hutan mencari sayur-sayuran hutan, sayur-sayuran cukup banyak, tetapi tumbuhnya sangat jarang diantara pohon-pohon besar. Kera-kera berayun pada cabang pohon-pohon besar itu. Sampailah Timung Té’é pada sebuah pohon yang dihuni kera paling besar, gemuk, tambun dan tengkuknya padat berisi. Kera seperti itu orang Manggarai menyebutnya Kodé Seket. Sayur-sayuran hutan di sekitar pohon itu sangat banyak. Kodé Seket memperhatikan Timung Té’é yang sedang memetik sayur, ia sangat mengagumi kecantikan wanita itu. Kodé Seket itu terbius oleh kecantikan Timung Té’é , sehingga timbul niatnya untuk menggoda dan berbuat jahat terhadap Timung Té’é . Tetapi ia belum berani melakukan hal itu karena segan akan keanggunan dan kewibawaan Timung Té’é. Kodé Seket itu terbuai dalam lamunan membayangkan kebahagiaan saat bersanding dengan Timung Té’é di pelaminan. Lamunan Kodé Seket itu menerawang ke alam mimpi yang indah dan romantis, sehingga tak disadarinya ia berteriak, “matak iné, hombés molasn” (aduhai, sungguh cantiknya). Timung Té’é tidak menghiraukan pujian Kodé Seket itu, ia mengira hanya main-main. Hari-hari selanjutnya terjadi hal yang sama, sehingga kesabaran Timung Té’é menjadi hilang. Benih jagung dan padi telah mereka habiskan, muncul ulah godaan terhadap dirinya, pujian bernada cinta.
Timung Té’é selalu penasaran karena ulah kode seket itu. Timung Té’é tak bisa sabar terus-menerus, karena itu ia melaporkan ulah Kodé Seket itu kepada suaminya. Lanur sangat marah mendengar penyampaian isterinya, tetapi Timung Té’é dapat menenangkannya. Timung Té’é berkata, “bapak tak usah marah, karena tidak akan menyelesaikan persoalan. Kita mencari akal untuk memusnahkan Kodé Seket itu dan kawan-kawannya. Kera-kera itu keterlaluan, benih padi dan jagung kita telah ludes, lalu Kodé Seket menggoda dan akan menikahi aku bila bapak telah meninggal. Kodé Seket itu mengira bahwa aku ini perempuan yang tidak tahu diri dan tidak tahu menghormati serta menghargai suamiku”. Lanur menerima saran isterinya, lalu mengusulkan untuk memasang jerat dan ranjau pada batas hutan dan ladang mereka. Timung Té’é berkeberatan terhadap usul Lanur lalu katanya, “bapak, cara itu kurang tepat karena keterbatasan waktu dan bahan-bahan yang diperlukan terlalu banyak. Aku mengusulkan kita mengulangi cara yang kita lakukan terhadap Kodé Lama. Kita baringkan sebatang kayu besar setinggi bapak, dibungkus kain kafan. Bapak dan tiga ekor anjing bersembunyi dalam wadah di loteng. Bapak dan tiga ekor anjing itu turun secepatnya dari loteng apabila lubang-lubang lantai, dinding telah ditutup serta pintu diiikat kuat-kuat. Seorang pemuda kampung kita undang semalam sebelumnya, kita ceritakan rencana kita dan diberi petunjuk bagaimana cara mengabarkan kematian bapak di hutan di kediaman kode seket itu”. Lanur berpikir sejenak, lalu katanya, “usulmu itu baik, cara itulah yang kita gunakan”.
Keesokkan paginya sebatang kayu dibungkus kain kafan seperti membungkus mayat. Petugas yang bertugas mengabarkan kematian Lanur berangkat ke hutan.
Orang itu masuk ke setiap kelompok tempat tinggal kera-kera itu dan mengabarkan tentang kematian Lanur. Demikian pula dilakukan di tempat tinggal si Kodé Seket. Mendengar kabar itu, Kodé Seket menyuruh beberapa kera untuk memanggil pemimpin-pemimpin kelompok untuk segera menghadap.
Kera-kera itu bergegas pergi memanggil para pemimpin kelompok itu. Beberapa saat kemudian pemimpin kelompok datang menghadap. Setelah semuanya hadir, Kodé Seket memberitahukan tentang kematian Lanur serta menyuruh mereka pergi melayat jenazah Lanur. Pemimmpin-pemimpin kelompok pulang ke tempat masing-masing, setiap pemimpin memanggil seluruh rakyat mereka. Kepada mereka diberitahukan tentang kematian Lanur dan perintah Kodé Seket untuk ikut melayati jenazah Lanur, tak ada yang berkeberatan. Kera-kera itu telah berkumpul pada tempat yang telah ditentukan. Kodé Seket dan rombongannya tiba, berhenti sejenak lalu mereka berangkat ke pondok Lanur.
Pemuda yang ditugaskan menyampaikan berita kematian telah kembali. Ia bersama Lanur dan tiga ekor anjing bersembunyi di loteng. Selang beberapa jam rombongan kera-kera itu datang. Kodé Seket berjalan paling depan, sebentar-sebentar tersenyum, karena ia merasa girang mendapatkan Timung Té’é sebagai isteri, apabila Lanur telah dikuburkan. Ia membayangkan dan menghayalkan ucapan ayu bahagia para undangan, sahabat, kenalan, dan kaum kerabat pada saat keduannya besanding di pelaminan. Senyum kebahagian Kodé Seket itu, dalam bahasa daerah Manggarai dikenal dengan istilah sumir samir atau sumi samir, menandakan suatu kepastian tetapi ia tak pernah menduga bahwa sebentar lagi maut akan merenggut nyawanya dan seluruh rakyatnya.
Demikian gembiranya Kodé Seket saat itu, sehingga tak sempat memikirkan hal-hal yang mengancam keselamatan, baik ia sendiri maupun seluruh rakyatnya. Timung Té’é meratapi jenazah suaminya sambil mengucapkan kata-kata yang menyayati para pelayat. Semakin rombongan kera-kera dekat ke pondok, tangis Timung Té’é semakin memilukan hati oarng yang mendengarnya. Rombongan tiba di depan pintu pondok, mereka melihat jenazah yang dibungkus kain kafan.
Kodé Seket masuk ke pondok dan diikuti para pemimpin kelompok dan kera-kera yang lain. Diantara kera-kera itu ada seekor kera betina yang sedang hamil. Kodé Seket duduk berdampingan dengan Timung Té’é, para pemimpin kelompok di sisi jenazah yang berlawanan, kera-kera lain diseluruh ruangan. Ratapan Timung Té’é sambil mengucapkan kata-kata, antara lain, “aduh, nasibku malang tak ada yang menyamai pribadi Lanur, segala kebutuhan keluarga selalu terpenuhi. Kepada siapa lagi tempat aku bergantung, tak ada lagi yang akan mencari kayu api, makan dan kebtuhan lain-lain”. Kodé Seket berkata menghibur Timung Té’é, “jangan kuatir, ada aku, segala kebutuhan akan kupenuhi”. Ia memerintahkan rakyatnya mengambil kayu api, makan dan sayur-sayuran. Beberapa saat kemudian mereka kembali membawa kayu api, jagung, pisang, dan sayur-sayuran.
Timung Té’é meratapi lagi jenazah itu, sehingga Kode Seket berkata, “apa lagi yang engkau perlukan Timung Té’é , padahal kayu api, makanan, dan sayur-sayuran telah ada. “Timung Té’é tidak menghiraukan pertanyaan Kodé Seket itu. Ia terus meratapi jenazah sambil mengucapkan kata-kata, “tidak ada orang yang menutup lubang dinding, lantai dan mengikat pintu. “Kodé Seket menyuruh kera-kera itu menutup lubang-lubang dinding, lantai dan mengikat pintu kuat-kuat. Kera betina yang hamil tidak menutup lubang lantai di dekat ia duduk, karena ia mempunyai firasat, bahwa Timung Té’é memperdaya mereka.
Maut menimpa Kodé Seket dan rakyatnya tak dapat dihindari. Timung Té’é menangis kuat-kuat sambil mengucapkan, “lubang dinding, lantai telah di tutup dan pintu telah diikat kuat-kuat. “Lanur, si pemuda dan tiga ekor anjing turun tiba-tiba dari loteng. Anjing menggigit kera-kera itu, Lanur dan pemuda itu memukul dengan kayu kudung. Sementara kera-kera itu hiruk-pikuk, kera betina hamil keluar lewat lubang di dekatnya, lalu lari ke hutan. Kodé Seket dan kera-kera lainnya mati tak seekorpun yang luput.
Lanur dan pemuda itu membuka kain pembungkus kayu, membenahi segala sesuatu yang diperlukan, dan mereka mulai menguliti kera-kera itu.
Keluarga Lanur berpesta, dan tidak ada hal-hal yang perlu dirisaukan, sebab makanan, sayur-sayuran dan kayu api telah tersedia. Daging kera-kera dibuat dendeng selain mereka yang butuhkan saat itu. Setiap hari keluarga Lanur makan bagaikan suasana pesta.
Minggu, 04 Juli 2010
Liang Bua
Liang Bua merupakan suatu tempat peninggalan sejarah pada masa purbakala. Liang Bua terletak di perbukitan kapur bagian utara kota Ruteng. Liang Bua memiliki keunikan yang membuat semua orang tertarik yaitu tempat atau letaknya sangat strategis, indah dan sejuk.
Di samping itu, di sana juga terdapat banyak fosik-fosil dari hasil galian yaitu berupa tulang-tulang dan bentuk-bentuk lainnya. Dan hasil galian ini diketahui bahwa tempat ini telah dihuni oleh nenek moyang pada masa purbakala.
Dengan demikian, tempat ini harus kita jaga dan kita lestarikan keindahan alamnya, karena tempat ini merupakan suatu tempat bersejarah di Kabupaten Manggarai dan juga merupakan salah satu tempat pariwisata di Kabupaten Manggarai.
Pengertian Liang Bua
Liang Bua terdiri dari dua kata, yaitu Liang dan Bua. Liang berarti gua dan bua berarti dingin. Jadi Liang Bua merupakan suatu tempat peninggalan bersejarah pada masa purbakala, dimana atau tempatnya sangat dingin dan sejuk.
Letak Liang Bua
Liang Bua terletak di daerah perbukitan kapur di wilayah Kabupaten Manggarai, Flores. Meskipun sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan kapur, akan tetapi daerah ini cukup subur, bahkan Manggarai sejak dulu dikenal sebagai salah satu lumbung padi untuk wilayah Flores.
Di samping memiliki potensi sumber daya alam yang menarik, Manggarai ternyata juga memiliki potensi sumber daya arkeologi yang mengagumkan. Hal tersebut dengan adanya arkeologi yang tersebar luas di daerah ini. Salah satu diantaranya adalah situs Liang Bua. Situs ini terletak di desa Liang Bua Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, sekitar 14 km dari utara kota Ruteng.
Penelitian di Liang Bua
Penelitian di Liang Bua pertama kali dilakukan oleh Theodorus Verhoeven, missionaris yang mengajar di Seminari Mataloko, Ngada tahun 1965. Ketika berkunjung di Liang Bua, gua tersebut masih digunakan untuk sekolah bagi anak-anak di sekitar Liang Bua. Hasil penelitian Verhoeven menggambarkan bahwa Liang Bua mengandung jejak kehidupan manusia yang berasosiasi dengan artefak batu dan tembikar.
Setelah Verhoeven, penelitian dilanjutkan oleh Prof. Dr. R.P. Soejono dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (sekarang Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional) tahun 1978 – 1989. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa situs Liang Bua telah dihuni sejak masa prasejarah, mulai dari masa paleolitik, mesolitik, neolitik, hingga masa paleometalik (logam awal). Berdasarkan hasil pertanggalan (dating) C14 dari kedalaman 3 meter diketahui bahwa Liang Bua telah dihuni oleh manusia modern sejak 10.000 tahun yang lalu.
Setelah mengalami kevakuman selama 12 tahun, maka atas prakarasa Prof. Dr. R.P. Soejono (Puslitbang-Arkenas) dan Prof. Mike Morwood (Universitas New England, Australia), diadakan kerjasama untuk melanjutkan penelitian di Liang Bua, antara 2001 – 2004. Selaku koordinator penelitian adalah Thomas Sutikna bersifat imerdisiplioner, melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu, antara lain: arkeologi, geologi, geomorfologi, geokronologi, paleontologi, palinologi, dsb. Fokus penelitian diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang kepurbakalaan situs Liang Bua. Penelitian gabungan ini melakukan penggalian hingga mencapai kedalaman 10,7 meter tanpa menemukan lapisan gua.
Penemuan Bersejarah
Di bawah lapisan tufa vulkanik yang berumur sekitar 11.000 tahun ditemukan lapisan budaya lagi yang mengandung artefak batu dan tulang-tulang binatang seperti stegodon (gajah purba), komodo, kura-kura, tikus, burung, dsb.
Di samping itu, ditemukan pula rangka manusia kerdil yang kemudian diberi nama Homo Florensiesis di kedalaman 6 meter yang berasal dari sekitar 18.000 tahun yang lalu. Manusia kerdil ini berjenis kelamina perempuan berumur sekitar 30 tahun, tinggi sekitar 106cm, volume otak sekitar 380cc (dibandingkan dengan otak manusia modern yang minimum memiliki volume otak 1200cc). Secara keseluruhan, lapisan yang mengandung temuan-temuan tersebut berumur antara 95.000 – 12.000 tahun yang lalu.
Teka-teki / Bundu Manggarai
Air laut surut, matahari terbenam : Lampu gas
2. Kaka ta’a, ciri ular : Re’a
Ular hijau, menjadi ular besar : Daun pandang
3. Ngger wa lobon, ngger eta pu’un : Deko
Ke bawah pucuknya, ke atas akarnya : Celana
4. Dolong kaba bambor eta golo, cai wa bea po ceang : Ceak hutu
Berburu kerbau besar di atas gunung, sampai di lembah
baru dibunuh : Cari kutu
5. Sua tongka jarum cina : Wulu isung
Dua buah loyang jarum cina : Bulu hidung
6. Kong hau no’o, aku ngok ga : Ta’i
Kamu tinggal di sini, dan saya akan pergi : Ta;i
7. Wentar bendera, pa’u emas : ta’i de jarang
Kebas bendera, jatuh emas : ta’i kuda
8. Jarang lupi ngampang, roip doi : kebut gipi
Kuda di tepi jurang, mencabut uang : cabut jenggot
9. Lo’ang data koe, toe nganceng ngo ata mese
Lo’ang data mese, nganceng ngo ata koe : lopa kope
- Kamar anak kecil tidak bisa dimasuki orang tua
- Kamar orang tua bisa dimasuki anak kecil : sarung parang
10. Bo’o nganceng denge, landing to nganceng lelo : saung tilu
Bisa didengar, tapi tidak bisa melihat : daun telinga
11. Reme koe pake baju, du tu’a toe pake baju : pering
Masih kecil pake baju, sudah besar tidak pake baju : bambu
12. Du borong ngon, du boleng kolen : cerek
Pergi lewat borong, pulang lewat boleng : cerek
13. Todo one liang remang : wulu lele
Rumput tumbuh dalam gua : bulu ketiak
14. Teke kolo jarang bolong, teke musi jarang jumpi : wuku lime saki
Di depan kuda hitam, di belakang kuda : kuku tangan yang kotor
15. Poe-paet, pencar : ceng isung
Peras…., buang : peras ingus
16. Aku lelo hau, hau lelo aku : cermin
Saya lihat kamu, kamu lihat saya : cermin
17. Bombor eta golo, meti tiwu mbeleng wa : lampu
Menyala di atas gunung, dibawah rawa-rawa surut : lampu pelita
18. Nggasar wai kaba, cias…. : kacuk korek
Kaki kerbau tergelincir : kacuk korek api
19. Cengkit rok, ndeongkin wuan : wua toro
Angkat kain, buahnya masih tergantung : terung
20. Pongo kaba data toe udeng ca lite wasen toe hesing : wua ndesi
Kerbau diikat di kandang sendiri tali dilepas, tidak lari : buah labu
21. Cencil baju…. Pocek : hang muku
Buka baju, …..tusuk : makan pisang
22. Tulis enden… baca anak’n : tenggok hang de manuk
Ibu menulis… anak membaca : ayam mengkais/mencari makan
Kamis, 01 Juli 2010
Fakta Tentang HIDUNG
Kita memiliki hidung berlubang disebelah kiri dan disebelah kanan, apakah fungsinya sama untuk menghirup dan membuang nafas?
Sebenarnya fungsinya tidak sama dan dapat kita rasakan bedanya; sebelah kanan mewakili matahari (mengeluarkan panas) dan sebelah kiri mewakili bulan (mengeluarkan dingin).
Jika sakit kepala, cobalah menutup lubang hidung sebelah kanan dan bernafaslah melalui hidung sebelah kiri dan lakukan kira-kira 5 menit, sakit kepala akan sembuh.
Anda merasa lelah, lakukan bolak-balik. Tutup lubang hidung sebelah kiri dan bernafaslah melalui hidung sebelah kanan. Tak lama kemudian, Anda akan merasakan segar kembali.
Sebab lubang hidung sebelah kanan mengeluarkan panas, sehingga gampang sekali panas, Lubang hidung sebelah kiri mengeluarkan dingin..
Perempuan bernafas lebih dengan hidung sebelah kiri, sehingga hatinya gampang sekali dingin. Laki-laki bernafas lebih dengan hidung sebelah kanan, sehingga gampang sekali marah.
Apakah Anda ada memperhatikan pada saat bangun, lubang hidung sebelah mana yang bernafas lebih cepat? Sebelah kiri atau kanan?
Jika lubang hidung sebelah kiri bernafas lebih cepat, Anda akan merasa sangat lelah. Tutuplah lubang hidung sebelah kiri dan gunakan lubang hidung sebelah kanan untuk bernafas, Anda akan merasa segar kembali dengan cepat.
Cara tersebut boleh diajarkan kepada anak-anak, tetapi efeknya akan lebih baik diterapkan kepada orang dewasa. Biasakanlah untuk selalu menerapkan terapi perrnafasan ini, tubuh Anda akan merasa sangat tenang sekali.
Duduk di depan komputer
Mungkin ada baiknya kita mulai sekarang mengatur letak komputer atau posisi tubuh kita ketika menggunakan komputer, apalagi jika kita rutin menggunakannya dan cukup lama penggunaannya. Bagaimana sih posisi sehat tersebut? Berikut ini beberapa kiat yang bisa kita terapkan:
1. Posisi Tubuh
Badan pada posisi tegak didepan komputer dan jarak pandang antara mata dan monitor sekitar 45-70cm.
2. Letak posisi Komputer
Bagi pengguna komputer desktop, sesuaikan posisi keyboard, monitor, dan mouse agar kita bisa mendapatkan posisi yang cocok untuk tubuh kita seperti di gambar 1.
3. Penggunaan Mouse
Ketika menggunakan mouse usahakan agar pergelangan tangan berada pada posisi tidak menggantung atau lebih rendah dari mouse. Usahakan agar posisinya sejajar antara pergelangan tangan dan mouse. Posisi jari tangan usahakan agar selalu lurus ketika ‘idle’.
4. Penggunaan Keyboard
Seperti pada penggunaan mouse, ketika menggunakan keyboard usahakan agar selalu sejajar seperti terlihat pada gambar.
Rahasia Touchscreen
1. Resistive Screen
Sistem resistif layarnya dilapisi oleh lapisan tipis berwarna metalik yang bersifat konduktif dan resistif terhadap sinyal-sinyal listrik. Maksud dari lapisan yang bersifat konduktif adalah lapisan yang bersifat mudah menghantarkan sinyal listrik, sedangkan lapisan resistif adalah lapisan yang menahan arus listrik.
Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sebuah bintik-bintik transparan pemisah, sehingga lapisan ini pasti terpisah satu sama lain dalam keadaan normal. Pada lapisan konduktif tersebut juga mengalir arus listrik yang bertugas sebagai arus referensi.
Ketika terjadi sentuhan kedua lapisan ini akan dipaksa untuk saling berkontak langsung secara fisik. Karena adanya kontak antara lapisan konduktif dan resistif maka akan terjadi gangguan pada arus listrik referensi tersebut.
Efek dari gangguan ini pada lapisan konduktif adalah akan terjadi perubahan arus-arus listriknya sebagai reaksi dari sebuah kejadian sentuhan. Perubahan nilai arus referensi ini kemudian dilaporkan ke controllernya untuk di proses lebih lanjut lagi.
Informasi sentuhan tadi diolah secara matematis oleh controller sehingga menghasilkan sebuah koordinat dan posisi yang akurat dari sentuhan tersebut. Kemudian informasi diintegrasikan dengan program lain sehingga menjadi aplikasi yang mudah digunakan.
Layar dengan teknologi ini memiliki tingkat kejernihan gambar sebesar 75% saja, sehingga monitor akan tampak kurang jernih. Touch sensor jenis ini sangat rentan dan lemah terhadap sentuhan benda-benda yang agak tajam.
Teknologi ini tidak akan terpengaruh oleh elemen-elemen lain di luar seperti misalnya debu atau air, namun akan merespon semua sentuhan yang mengenainya, baik itu menggunakan jari tangan langsung maupun menggunakan benda lain seperti stylus. Sangat cocok digunakan untuk keperluan di dalam dunia industri seperti di pabrik, laboratorium, dan banyak lagi.
Definisi sederhananya:
Layar yang cara kerjanya harus ditekan, dapat menggunakan jari atau benda apapun yg ditekankan di layar. Kelemahan untuk layar ini adalah jika diletakkan dikantong (terutama kantong celana), bisa tertekan-tekan dan mengakibatkan layar jadi gampang rusak karena sering tertekan.
Indoor: sangat baik
Outdoor: kurang optimal
Contoh HP yg menggunakan layar resistif adalah Samsung Star, Sony Erricson W950. Siri-cirinya adalah dengan disertakan stylus didalam paket HP-nya. Pilihlah wadah yang menggunakan model flip, jadi layar dapat terlindung dari tekanan. Sebaliknya tidak disarankan menggunakan wadah HP model pouch.
2. Capacitive Screen
Sistem kapasitif memiliki sebuah lapisan pembungkus yang merupakan kunci dari cara kerjanya, yaitu pembungkus yang bersifat capasitive pada seluruh permukaannya. Panel touchscreen ini dilengkapi dengan sebuah lapisan pembungkus berbahan indium tinoxide yang dapat meneruskan arus listrik secara kontiniu untuk kemudian ditujukan ke sensornya.
Lapisan ini dapat memanfaatkan sifat capacitive dari tangan atau tubuh manusia, maka dari itu lapisan ini dipekerjakan sebagai sensor sentuhan dalam touchscreen jenis ini. Ketika lapisan berada dalam status normal (tanpa ada sentuhan tangan), sensor akan mengingat sebuah nilai arus listrik yang dijadikan referensi.
Ketika jari tangan Anda menyentuh permukaan lapisan ini, maka nilai referensi tersebut berubah karena ada arus-arus listrik yang berubah yang masuk ke sensor. Informasi dari kejadian ini yang berupa arus listrik akan diterima oleh sensor yang akan diteruskan ke sebuah controller. Proses kalkulasi posisi akan dimulai di sini.
Kalkulasi ini menggunakan posisi dari ke empat titik sudur pada panel touchscreen sebagai referensinya. Ketika hasil perhitungannya didapat, maka koordinat dan posisi dari sentuhan tadi dapat di ketahui dengan baik. Akhirnya informasi dari posisi tersebut akan diintegrasikan dengan program lain untuk menjalankan sebuah aplikasi.
Capasitive touchscreen baru dapat bekerja jika sentuhan-sentuhan yang ditujukan kepadanya berasal dari benda yang bersifat konduktif seperti misalnya jari. Tampilan layarnya memiliki kejernihan hingga sekitar 90%, sehingga cocok untuk digunakan dalam berbagai keperluan interaksi dalam publik umum seperti misalnya di restoran, kios elektronik, lokasi Point Of Sales, dsb.
Definisi sederhananya:
Harus dengan sentuhan jari, tidak dapat menggunakan benda lain (kuku, stylus, dsb). Karena layar ini bekerja dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada ditubuh kita. Layar sentuh model kapasitif ini hampir tidak memiliki kelemahan yang berarti, karena layar ini adalah pengembangan terbaru untuk menggantikan layar resistif.
Indoor: sangat baik
Outdoor: sangat baik
Keunggulannya: layar jenis ini tidak terpengaruh terhadap tekanan, jadi walaupun HP diletakkan dikantong tidak menjadi masalah. Penggunaan wadah model pouch bisa dikategorikan aman. Ciri-cirinya adalah tidak disertakan stylus didalam paket HP-nya. Contoh HP yg menggunakan layar kapasitif adalah Samsung Corby Touchscreen, iPhone.
3. Surface Acoustic Wave System
Teknologi touchscreen ini memanfaatkan gelombang ultrasonik untuk mendeteksi kejadian di permukaan layarnya. Di dalam monitor touchscreen ini terdapat dua tranduser, pengirim dan penerima sinyal ultrasonik.
Selain itu dilengkapi juga dengan sebuah reflektor yang berfungsi sebagai pencegah agar gelombang ultrasonic tetap berada pada area layar monitor.
Kedua tranduser ini dipasang dalam keempat sisi, dua vertikal dan dua horizontal. Ketika panel touchscreen-nya tersentuh, ada bagian dari gelombang tersebut yang diserap oleh sentuhan tersebut, misalnya terhalang oleh tangan, stylus, tuts, dan banyak lagi. Sentuhan tadi telah membuat perubahan dalam bentuk gelombang yang dipancarkan.
Perubahan gelombang ultrasonik yang terjadi kemudian diterima oleh receiver dan diterjemahkan ke dalam bentuk pulsa-pulsa listrik. Selanjutnya informasi sentuhan tadi berubah menjadi sebentuk data yang akan di teruskan ke controller untuk diproses lebih lanjut.
Data yang dihasilkan dari sentuhan ini tentunya adalah data mengenai posisi tangan Anda yang menyentuh sinyal ultrasonik tersebut. Jika ini dilakukan secara kontinyu dan terdapat banyak sekali sensor gelombang ultrasonic pada media yang disentuhnya, maka jadilah sebuah perangkat touchscreen yang dapat Anda gunakan.
Teknologi ini tidak menggunakan bahan pelapis metalik melainkan sebuah lapisan kaca, maka tampilan dari layar touchscreen jenis ini mampu meneruskan cahaya hingga 90 persen, sehingga lebih jernih dan terang dibandingkan dengan Resistive touchscreen.
Tanpa adanya lapisan sensor juga membuat touchscreen jenis ini menjadi lebih kuat dan tahan lama karena tidak akan ada lapisan yang dapat rusak ketika di sentuh, ketika terkena air, minyak, debu, dan banyak lagi.
Kelemahannya kinerja dari touchscreen ini dapat diganggu oleh elemen-elemen seperti debu, air, dan benda-benda padat lainnya. Sedikit saja terdapat debu atau benda lain yang menempel di atasnya maka touchsreen dapat mendeteksinya sebagai suatu sentuhan.
Touchscreen jenis ini cocok digunakan pada ruangan training komputer, keperluan dalam ruangan untuk menampilkan informasi dengan sangat jernih dan tajam dan saat presentasi dalam ruangan.
Multi Touchscreen
Multi layar sentuh adalah pengembangan dari teknologi layar sentuh yang sudah ada. Dari arti kata “multi” yang berarti banyak, sudah terlihat bahwa keunggulan layar sentuh ini dapat disentuh oleh lebih dari satu jari. Layar multi sentuh ini mampu disentuh oleh puluhan jari dari orang yang berbeda-beda secara bersamaan.
Layar multi sentuh ini dapat digunakan untuk membesarkan, mengecilkan, mengubah posisi, dan memindahkan posisi objek pada layar monitor seperti foto atau games.
Layar multi sentuh ini biasa digunakan pada handphone, komputer, MP3 player, dan sebagainya.
Sejarah Keyboard
Begini, susunan keyboard yang dipakai umum sekarang ini (QWERTY) sebenarnya adalah salah satu susunan yang paling tidak efisien yang ditujukan agar kita-kita dapat mengetik dengan lebih lambat. Mengapa demikian? Ini dia sejarah susunan keyboard..
Hal ini berkaitan dengan sejarah mesin ketik yang ditemukan lebih dulu oleh Christopher Latham Sholes (1868). Saat menciptakan mesin ketik prototype sebelumnya, malah sangat memungkinkan kita untuk mengetik dengan lebih cepat.
Terlalu cepatnya kemungkinan dalam mengetik tersebut, sampai- sampai sering timbul masalah pada saat itu. Seringkali saat tombol ditekan, batang-batang huruf (slug) yang menghentak pita itu mengalami kegagalan mekanik, yang lebih sering diakibatkan karena batang-batang itu saling mengait (jamming).
Karena bingung memikirkan solusinya pada saat itu, Christopher Latham Sholes justru mengacak-acak urutan itu demikian rupa sampai ditemukan kombinasi yang dianggap paling sulit untuk digunakan dalam mengetik. Tujuannya jelas, untuk menghindari kesalahan-kesalahan mekanik yang sering terjadi sebelumnya.
Akhirnya susunan pada mesin ketik inilah yang diturunkan pada keyboard sebagai input komputer dan pada tahun 1973 diresmikan sebagai keyboard standar ISO (International Standar Organization). Sebenarnya ada beberapa standar susunan keyboard yang dipakai sekarang ini. Sebut saja ASK (American Simplified Keyboard), umum disebut DVORAK yang ditemukan oleh Dr. August Dvorak sekitar tahun 1940.
Secara penelitian saat itu, susunan DVORAK memungkinkan kita untuk mengetik dengan lebih efisien. Tetapi mungkin karena terlambat, akhirnya DVORAK harus tunduk karena dominasi QWERTY yang sudah terjadi pada organisasi-organisasi dunia saat itu dan mereka tidak mau menanggung resiko rush apabila mengganti ke susunan keyboard DVORAK.
Satu-satunya pengakuan adalah datang dari ANSI (American National Standard Institute) yang menyetujui susunan keyboard Dvorak sebagai versi “alternatif� di sekitar Tahun 1970. Susunan keyboard lainnya yang masih perkembangan dari susunan QWERTY adalah QWERTZ yang dipakai di negara seperti Hungaria, Jerman, Swiss, dll. AZERTY oleh negara Prancis dan Belgia, QZERTY, dll.