HELANG
Dalam masyarakat Manggarai, satu bentuk tradisi keberagamaan yaitu agama lokal dan yang sering dilakukan adalah acara teing hang atau helang/takung.
Acara teing hang dilaksanakan oleh masyarakat Manggarai yang beragama lokal untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal yang dipercayai bahwa mereka mempunyai kekuatan supra empiris, dan helang/takung dibuat oleh masyarakat beragama lokal di Manggarai itu di bawah pohon besar (langke), batu besar dan mata air/temek untuk mempersembahkan kepada nenek moyang atau leluhur yang menjaga benda-benda tersebut dan diyakini mempunyai kekuatan supra empiris.
Acara teing hang atau helang/takung dilaksanakan setiap tahun baru, penti dan wuat wa’i, karena pada saat itu masyarakat Manggarai yang beragama lokal mengucapkan syukur dan memohon perlindungan nenek moyang dan leluhur melalui teing hang atau helang.
Secara sosiologis, acara teing hang atau helang/takung ini bermaksud untuk memberi makan kepada leluhur atau nenek moyang yang sudah meninggal yang diyakini memiliki kekuatan supra empiris.
Arwah leluhur yang sudah mati itu diyakini oleh masyarakat agama lokal di Manggarai memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Arwah leluhur dipandang sebagai jembatan do’a atau letang temba kepada Tuhan bagi yang ditinggalkan dan helang/takung dipandang sebagai suatu bentuk ucapan syukur roh yang tinggal atau menjaga batu besar itu dapat menjaga dan memberi berkat yang berlimpah kepada masyarakat agama lokal (di Manggarai). Atas dasar itu, acara teing hang / helang/takung dilakukan dengan maksud agar arwah leluhur itu tetap menjaga kehidupan yrang yang masih hidup dan agar nenek moyang itu tetap setiap menyampaikan doa dari orang yang masih hidup kepada leluhur yang mempunyai kekuatan supra empiris.
Nilai sosial dari acara teing hang atau takung adalah dilakukan oleh masyarakat Manggarai pada umumnya dan juga acara teing hang atau helang/takung ini dilihat sebagai suatu bentuk keyakinan masyarakat agama lokal di Manggarai kepada arwah nenek moyang atau leluhur sebagai perantara atau jembatan doa kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang memiliki kekuatan yang supra empiris. Selain itu, acara teing hang atau helang ini dilihat sebagai alat ukur yang menilai aspek religius masyarakat yang beragama lokal di Manggarai. Dan mereka percaya bahwa dengan melaksanakan acara teing hang atau helang mereka memperoleh keselamatan baik bagi dirinya maupun masyarat luas umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar