Anakku
Suatu ketika tiba waktunya aku
menua,kumohon engkau mau memahamiku.Seperti saat aku menumpahkan segelas teh
hangat yang kau berikan padaku di meja.Kekuatan tanganku pelan-pelan
melemah,nak!Jangan kau bentak-bentak aku jika aku suka melakukan apa-apa yang
aku suka,tanpa mempedulikan ini salah atau benar menurutmu,karena aku mudah
lupa.Ulangilah perkataanmu jika aku tak mendengar apa yang kau katakan atau
mungkin kau bisa menuliskannya di kertas.Maklum orang tua pendengarannya sudah
dungu.
Penglihatanku juga sudah tak jelas
,maafkanlah aku tak bisa mengenalimu satu-persatu.Tapi aku masih ingat kok
waktu kecilmu ,kau memamerkan gambar dari tulisan tanganmu,kau memamerkan
mainan dan memamerkan pakaian-pakaian barumu.Maafkanlah jika bauku seperti bau
orang tua,aku yang malas mandi .Orang tua sangatlah sensitive tehadap air
dingin,kuminta kau mau sabar mengelap badanku yang tinggal tulang dan kulit
ini.
Setiap aku berjalan,kuminta kau mau
menatihku nak,seperti dulu aku mengajarimu berjalan.Sabar ya nak jika langkahku
ini sangat pelan,sekali lagi sabaarlah…Suapilah aku dengan bubur atau makanan
yang lembut sebab aku tak ber-gigi lagi seperti waktu dulu aku menyuapimu
dengan semangkuk kecil bubur buatanku sendiri,yang hanya bercampurkan nasi dan
garam diatas tungku kayu api…
Sempatkanlah barangkali
sejenak,untuk bercengkrama denganku .Aku selalu dalam keadaan sendiri dalam
sepanjang waktuku.Kau lebih sering sibuk bekerja.Sekalipun aku tak menarik
buatmu.Biarpun aku sudah tak punya cerita untukmu .Janganlah kau merasa bosan
denganku yang memintamu mengulangi kata-katamu berkali-kali,sebab aku sulit
memahami apa pintamu kepadaku.Ingatlah dulu waktu kamu memintaku untuk
memainkan layang layang,kau memintanya berkali-kali sampai aku benar-benar mau
memainkanya untukmu…
Aku harap kau mau mendengarkanku,nak!
Ketika tiba saatnya aku terbaring
sakit,kuharap kau mau merawatku .Mungkin beberapa saat sebelum aku menghabiskan
waktu hidupku.Aku yang akan mengompol dan mengobrak-abrik membuat
berantakan saja.Aku harap kau akan memegang tanganku untuk menguatkanku
menghadapi kematian.Dan jangan khawatir ketika aku menghadap Sang Pencipta,aku
akan mengatakan pada-Nya bahwa kamu mencintai Ayah dan Ibu.
Sumber: http://fiksi.kompasiana.com